Home » , » Relawan Sejati Tidak Ributkan Jabatan. Dukung Jokowi Tanpa Pamrih dan Tanpa Ribut

Relawan Sejati Tidak Ributkan Jabatan. Dukung Jokowi Tanpa Pamrih dan Tanpa Ribut

Written By REVOLUSIMENTAL.ORG on Selasa, 11 Agustus 2015 | 09.59


(COPAS POSTINGAN PAPA RIEF DI FB YANG MENURUT SAYA SANGAT MENGINSPIRASI)
Malam mulai larut, minggu (09/8/2015) menunjukan pukul 20.11.
Halaman BNN,Cawang, Jaktim mulai menyepi, Kecuali riuhnya para supir omprengan yang asik bersenda-gura sambil menghitung uangnya. Ada juga beberapa PKL yang sedang bergegas hendak pulang. Mungkin karena malam mingguan.
smile emoticon
Rapat Relawan seharian tadi cukup membuat sedikit drop, kalau pun telah santap siang menu nasbung idola berkaret dua tanda 'tak pedas.

Namun perjalanan menuju Bandung belumlah usai. Masih lebih dari 123 KM untuk mencapainya melalui Tol Purbalenyi. Namun perut lapar, bukanlah perkara mudah, harus segera diselesaikan secara 'adat.
Aha, tak lama lewatlah Tuknasgor (tukang nasi goreng). Berkecap bango idola pula. Hmm,yummiii....
Kupesan satu untuk dibungkus, mungkin bisa dimakan kelak, daripada mampir ke rest area. Yang harganya hanya cocok bagi kaum borju.klopun untuk sebuah nasgor. 

‘Ceeesss... nasi pun digoreng.
Sambil menanti matang, ada yang menarik mata dari dinding gerobaknya.
Terlihat stiker lama Jokowi saat Pilpres 2014 lalu.
“Sticker darimana kang?”, tanyaku menggoda
“Beli waktu main kekampung, murah Cuma lima ribu”
“memang dimana kampungnya?”
“Cisaat, Sukabumi kang”
“Wah hebatlah memang nyoblos Jokowi juga?”
“Iya kang”
“Gak ngerasa rugi?”
“Alhamdulilah engga kang. Saya yakin. ikhlas..."
Kemudian dia menunjuk ke kemeja saya,
“Akang mah enak punya baju seragam, saya mah engga. Tapi dengan gerobak ini setiap hari saya berkeliling masuk-masuk kampung atau komplek orang kaya. Walaupun cuma sticker doang, saya juga berjuang untuk Jokowi. Apa saya juga disebut Relawan kang?”, celotehnya sambil meramu nosger. 'glekk..

"Inshaa Allah ", jawab saya kaget. Kemudian saya memperkenalkan diri agar lebih akrab, namanya Djaja (36 thn), mantan karyawan buruh keramik di Tangerang.Ayah dari 3 anak lulusan SMK. Yang mempristri Yayu (32 thn) mojang sukabumi yg hanya lulus SLTP. Djaja mengaku dia idola Jokowi sejak pilgub Jakarta lalu. Walau tak punya hak pilih di Jakarta. Kecuali saat Pilpres 2014 lalu.
.
“Ada sticker gitu, nggak takut engga dibeli orang? enggak takut rugi?” atau diisengi orang? ", tanya saya lagi.
“Engga kang, rejeki dan maut mah milik Allah. Yang penting saya berusaha, jualan untuk nafkahi anak istri dikampung. Sambil dukung Jokowi, eheheh.."
“Sekarang Jokowi sudah presiden, kenapa gak dicopot stickernya?”
.
“Laah, akang sendri ngapain pake seragam Jokowi?. Kan udh jadi presiden ",.jawabnya santai sambil menyerahkan kembalian uang. Saya menggeleng menerimanya. Sesudah mengucap salam ia pun berlalu. "Nuhun Kang, salam dua periode", katanya memberi salam jari 'V".
..
Saya terdiam, karena malu yang demikian dalam. Dialah Relawan sejati bagi saya. Tidak menyesal. Tidak mengeluh dan tanpa pamrih. Tulus. Ikhlas. Tanpa beban mengejar jabatan atau materi. Kesederhanaan pikirnya mengungkap arti yang saya sendiri pun tak memahami. Saya belajar lagi tentang arti kesukarelaan darinya. Hingga malam menjelang pukul 21.55 saat saya keluar Tol Padalarang, Tiba Di Bandung. Juga saat menjelang tidur malam tadi. Tak juga mencapai jawaban berarti. Apa yang telah saya dan teman-teman lakukan selama ini sama seperti Djadja si tukang nasi goreng itu?, apakah kami terlalu ekslusif dan cuma teori dengan pembusungan dada bahwa kamilah si paling relawan itu.

Kami lupa, masih banyak Relawan-relawan sejati lainnya. Namun kami bangga apapun namanya kini kami bersama kembali memperkuat gerak dan spirit kebersamaan dalam KONSORSIUM RELAWAN INDONESIA. Suka tidak suka, kami harus belajar banyak lagi bagaimana bersama dalam perbedaan keyakinan.
.
Agh, malam semakin larut, mungkin saat tidur nanti kami akan dapatkan jawabannya. Terima-kasih Tuhan kau telah membuat kami lagi TIDAK SOMBONG, dan mensyukuri nikmat Nasi Goreng dua belas ribu rupiah ini; Aamiin Yarabilalamiin
.
...%$#$#@#@!!@%^^%$#@.....+_+
LUV U (silahkan tag sendiri foto-fotonya guys)
...
..
James Talakua Ani Gartini Netty Chandradiana Saripah Efiana SPd Ventje Jonathan Parera Rudy Mulyana Mulyadi Tjahyaningrum Wahyudi Denny Chua Baron AlfaYuniman Taqwa Tones Simatupang Yan Andrew Rohitu Achmad Lau Basri Bk Siti Hasanah Sakura Manizt Ellyza Kurnia Sabar Mangadoe


Pelajaran yang harus diambil dari kisah nyata ini hendaknya menyadarkan kita sebagai Relawan apapun organisasinya bahwa Relawan yang sebenarnya adalah yang benar-benar Rela tanpa Pamrih apapun dan tidak pernah meributkan jabatan dalam organisasi atau lainnya. Menerima apa adanya. Berjuang tanpa pamprih dan tanpa henti. Tidak pernah saling menjelekkan sesama relawan, menghujat, iri, dengki dan sebangsanya. Yang demikian ini perlu dipertanyakan sejauh mana kerelawanannya. Benarkah dia relawan ataukah pembonceng atau penikung atau penyusup? Hanya Tuhan yang tahu.
Dari sini saya mengerti arti moto yang dipilih pada Silaturahmi Relawan Jokowi di Jogja yaitu "Mengawal Jokowi Dengan Mandiri". 
Mandiri berarti tidak bergantung pada apapun. Tidak mengharapkan keuntungan apapun. Berjuang untuk rakyat dan menjaga JOKOWI agar tetap berada dalam koridor membela kepentingan rakyat.

Red : bagjasu@gmail.com

0 komentar:

Posting Komentar