Konsorsium Relawan Indonesia (KRI) pada hari Minggu 24 Mei 2015 telah berhasil mencapai kesepakatan yang telah digodok sejak bulan Desember 2014 untuk menyatukan Organisasi-organisasi relawan pendukung Jokowi dalam satu wadah berhimpun berupa konsorsium. Setelah melalui perjalanan yang panjang untuk membentuk konsorsium ini, selama dalam perjalanan proses pembentukan mengalami berbagai kendala dan ketidak sepahaman antar organisasi sehingga terjadi seleksi alam antara organisasi yang bergabung di awal hingga di akhir penanda tanganganan MOU. Dalam wadah berhimpun ini, masing-masing organisasi memiliki kedudukan yang sama, sehingga konsorsium ini tidak memilliki ketua karena seluruh ketua organisasi adalah ketua. Dari sekitar 60 organisasi yang telah mendaftar sebagai anggota konsorsium, kemudian menyusut menjadi 36 dan akhirnya pada acara penandatanganan kerjasama ini ditanda tangani oleh 27 organisasi relawan yang hadir.
Ketidak hadiran ketua organisasi yang belum menanda tangani MOU ini dimungkinkan karena berbagai hal diantaranya kedudukan organisasi yang tidak berada di sekitar Jabodetabek atau ketuanya sedang keluar kota. Untuk itu organisasi yang akan menyusul agar mengirimkan logo dan anggaran dasar organisasinya ke relawan@konsorsium.or.id dan sekretaiat akan menfirimkan formulir MOU yang harus ditanda tangani oleh ketua organisasi.
Pada kesempatan MOU ini juga dihadiri oleh utusan dari Instana Kepresiden Bung Beator yang di daulat untuk dapat mempertemukan Konsorsium Relawan Indonesia dengan Presiden Joko Widodo untuk ber-audiensi membahas masalah-masalah yang dihadapi relawan yang berhadapan langsung dengan rekyat yang sudah terlanjur menganggap bahwa relawan adalah wakil Jokowi di masyarakat karena relawanlah yang telah menganjurkan kepada masyarakat untuk memilih Jokowi.
Ada hal yang cukup menarik perhatian dalam pertemuan tersebut, ketika ketua Relawan Indonesia Timur di panggil untuk menandatangani MUO beliu menyatakan tidak bersedia menandatangani MOU. Padahal organisasi beliu masuk urutan lembar pertama dalam MOU tersebut. Ternyata beliu bersedia menandatangi MOU di lembar terakhir. Maksud dari para anggota KRI adalah memberikan kehormatan kepada yang Bp. Yopie Lasut lebih senior dibandingkan relawan lain yang masih muda-muda, ternyata beliau lebih memberikan kesempatan kepada pemuda sebagaimana pernyataan Bung Karno "Beri Aku 10 Pemuda maka akan Ku Guncang Dunia". Keteladanan yang patut di acungi Jempol. Hal ini sekaligus menjawab ketegangan yang terjadi sebelumnya dimana salah seorang Relawan melancarkan protes keras karena tidak menyetujui salah satu organisasi yang ditempatkan pada urutan 8 teratas atau lembar pertama karena tidak bergabung dari awal melainkan ditengah. Meskipun sudah dijelaskan bahwa kedudukan semua organisasi adalah sama. Tidak ada ketua umum di KRI karena semua anggota KRI adalah ketua dari masing-masing organisasi. Inilah perbedaan mendasar antara presedium dengan konsorsium.
Konsorsium menganut asas kebersamaan berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah. Tidak ada yang menjadi pemimpin tetapi semua adalah pemimpin. Yang akan dibentuk adalah koordinator, sekretariat dan pokja-pokja dari organisasi-organisai yang memiliki kemiripan atau kesamaan program. MOU ini sudah digodog dan di rapatkan berkali-kali selama 6 bulan dan baru mencapai titik temu pada pertemuan terakhir tanggal 23 Mei 2015. Sebagai akibat dari polemik dan visi misi yang berbeda antar organisasi maka dari 60 organisasi yang bergabung di awal, kini tinggal tersisa 27 organisasi saja yang tetap solid hasil seleksi alamiah. Tetap Bersatu Konsorsium Relawan Indonesia. Tetap Bersatu Pertahankan NKRI. Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh.
0 komentar:
Posting Komentar